BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Rendahnya mutu pendidikan pada
setiap jenjang dan satuan pendidikan, merupakan salah satu dari permasalahan
pendidikan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia sekarang ini. Berbagai
usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, baik dengan
pengembangan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat
pelajaran, sarana pendidikan serta perbaikan manajemen sekolah. Dengan berbagai
usaha ini ternyata belum juga menunjukan peningkatan yang signifikan.
Peran serta warga sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat kurang, partisipasi guru dalam
pengambilan keputusan sering terabaikan, padahal terjadi atau tidak terjadinya
perubahan di sekolah sangat tergantung pada para gurunya. Oleh karena itu guru
dan masyarakat sekolah harus memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan
program-program sekolah. Guru perlu memahami bahwa apapun yang dilakukan di
ruang kelas mempunyai pengaruh, baik positif maupun negatif terhadap motivasi
siswa, cara guru menyajikan pelajaran, bagaimana kegiatan belajar dikelola di
kelas, cara guru berintekrasi dengan siswa kiranya dilakukan oleh guru secara
terencana dengan perbaikan dan perubahan baik dalam metode, manajemen sekolah
yang terus dilakukan diharapkan dapat
meningkatkan perbaikan mutu pendidikan di Indonesia.
Sekolah
merupakan bentuk dari pendidikan secara umum. Dimana sekolah sebagai salah satu
lembaga yang menyelenggarakan pendidikan pendidikan formal mempunyai peranan
yang amat penting dalam usaha mendewasakan anak dan menjadikannya sebagai
anggota masyarakat yang berguna. Sekolah sebagai salah satu faktor lingkungan
yang ikut memberikan pengaruh dalam membimbing siswa agar pribadinya berkembang
secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Namun dalam proses
perkembangannya itu siswa tidak dapat lepas dari berbagai masalah, baik itu
masalah yang berhubungan dengan pribadi, sosial, pendidikan, karir, dan nilai. Masalah pribadi misalnya,
masalah pribadi yang
dialami siswa banyak yang terjadi akibat kurangnya pemahaman tentang konsep diri yang bisa mengakibatkan
berbagai permasalah dalam perkembangan nya.
Dengan layanan bimbingan dan konseling bantuan dapat diberikan oleh guru
pembimbing sebagai guru konselor sekolah. Layanan bimbingan dan konseling
tersebut dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk layanan. Contoh kecil nya
seperti Layanan Bimbingan Pribadi.
Konselor harus mampu memahami karakteristik masing-masing siswa didik.
Dalam proses perkembangan kepribadian nya siswa sering mengalami berbagai
permasalahannya, baik dari luar diri nya maupun dari dalam dirinya. Dari dalam
diri nya seperti kurang nya konsep diri yang mengakibatkan siswa kurang paham
terhadap diri sendiri maupun perkembangan-perkembangan nya.
Siswa merupakan bagian dari masyarakat, maka dari itu ia
di tuntut untuk mempunyai konsep diri yang positif. Karena masa remaja
merupakan masa terpenting bagi seseorang untuk menemukan jati diri. Mereka
harus menemukan nilai-nilai yang berlaku dan akan mereka capai di dalamnya.
Individu harus mulai belajar untuk mengatasi masalah-masalah, merencanakan masa
depan. Pada masa ini individu mulai dapat meliat siapa dirinya, ingin menjadi
seperti apa, bagaimana orang lain menilainya, dan bagaimana mereka menilai
peran yang mereka jalani sebagai identitas diri. Bisa dikatakan bahwa salah
satu tugas terpenting yang harus dilakukan remaja adalah mengembangkan persepsi
identitas untuk mrnrmukan jawaban terhadap pertanyaan ‘siapakah saya ?’
Pada masa remaja, konsep diri merupakan inti dri
kepribadian dan sangat memperngaruhi proses perkembangan individu selanjutnya
dapat berjalan dengan lancar, maka konsep diri remaja haus terbentuk dengan
baik. Namun dalam perkembangan dan hidup manusia sangat mungkin timbul berbagai
permasalahan konsep diri. Seperti, adanya gejala perkembangan konsep diri
negatif yang dialami oleh siswa SMPN 3 Probolinggo ini. Untyk itu perlu di
tentukan adanya bimbingan sebagai suatu usaha pemberian bantuan yang diberikan
baik kepada individu dalam rangka memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
Salah satu hal yang penting dalam pemberian bimbingan adalah memahami individu
secara menyeluruh, baik masalah yang dihadapi maupun latar belakang. Sehingga
peserta didik diharapkan dapat memperoleh bimbingan yang tepay dan terarah.
Untuk dapat memahami penyebab perkembangan konsep diri negatif secara lebih
mendalam, maka seorang konselor perlu mengumpulkan bebagai keterangan yang
meliputi spek sosial, kultural, perkembangan individu, perbedaan individu,
adaptasi,dan sebagainya.
Konsep diri yang ada pada
peserta didik SMPN 3 Probolinggo kurang terbentuk dari sini dapat di lihat dari
kurangnya rasa percaya diri anak, merasa rendah diri ketika berkumpul dengan
orang lain dan kurang bisa mendisiplinkan diri sendiri dalam segala hal. Dari
sini konselor perlu menerapkan layanan-layanan yang ada misalnya dengan
menerapkan bimbingan pribadi.
B.
Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul dan untuk membatasi permasalahan
yang ada, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana bimbingan
pribadi di SMPN 3 Probolinggo ?
2.
Bagaimana konsep
diri pada peserta SMPN 3 Probolinggo ?
3.
Adakah pengaruh
bimbingan pribadi terhadap konsep diri negatif siswa SMPN 3 Probolinggo ?
C.
Tujuan penulisan
1.
Untuk mengetahui
bimbingan pribadi SMPN 3 Probolinggo.
2.
Untuk mengetahui
konsep diri peserta didik SMPN 3 Probolinggo.
3.
Untuk mengetahui
adakah pengaruh bimbingan bimbingan pribadi terhadap konsep diri negatif siswa SMPN
3 Probolinggo.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Bagi Guru Bimbingan
dan Konseling
Sebagai
masukan kepada guru Bimbingan dan Konseling dalam membantu siswa yang mengalami
konsep diri negatif
2.
Bagi siswa
Agar
subjek mampu menegembangkan konsep diri positif dalam perkembangngan konsep
diri selanjutnya
3.
Bagi peneliti
Untuk
menambah wawasan tentang faktor penyebab perkembangan konsep diri negatif.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Pengertian Pengaruh Bimbingan Pribadi
1.
Pengertian Pengaruh
Arti kata pengaruh dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2005: 369) berarti daya yang ada atau timbul dari
sesuatu, orang, benda dan sebagainya.
Pengertian Pengaruh menurut Wiryanto,
pengaruh adalah tokoh formal dan informal di masyarakat yang memiliki ciri-ciri
kosmopolitan, inovatif, kompeten, dan aksesibel dibandingkan dengan pihak yang
dipengaruhi.
Menurut M. Suyanto, pengaruh adalah
nilai kualitas suatu iklan melalui media tertentu.
Menurut Uwe Becker, pengaruh adalah
kemampuan yang terus berkembang dan tidak terlalu terkait dengan usaha
memperjuangkan dan memaksakan.
Menurtu Norman Barry, pengaruh adalah
suatu tipe kekuasaan agar bertindak dengan cara terntentu, terdorong untuk
bertindak demikian, sekalipun ancaman sanksi yang merupakan motivasi yang
mendorongnya.
Menurut Robert Dahl, pengaruh
diumpamakan sebagai berikut : A mempunyai pengaruhatas B sejauh ia dapat
menyebabkan B untuk berbuat sesuatu yang sebenarnya tidak akan B lakukan.
2.
Pengertian Bimbingan Pribadi
Menurut Winkle&Sri Hastutik (2006;
118-119) bimbinngan pribadi berarti bimbingan dalam memahami keadaan batinnya
sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri, dalam
mengatur diri sendiri dibidang korahanian dan penyaluran nafsu.
Menurut Prof. Dr H Prayitno,M.Sc.Ed, bimbingn
pribadi adalah membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman
dan bertaqwa keoada Tuhan YME, mantap dan mandiri serta jasmani dan rohani.
Menurut Hibana S. Rahman (2002:39)
bahwa layanan bimbingan pribadi adalah layanan yang diberikan kepada siswa
untuk menemukan dan mengembangkan diri pribadinya sehingga menjadi [pribadi
yang mantap dan mandiri serta mampu mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Menurut Dewa Ketut Sukardi (1997;23)
menjelaskanbahwa layanan bimbingan pribadi berarti membantu siwa menemukan dan
mengembangkan pribadi yang beriman kepada Tuhan YME, mantap dan mandiri serta
sehat jasmani dan rohani
Menurut pendapat-pendapat diatas dapat
disimpukan bahwa Layanan Bimbingan Pribadi merupakan salah satu kegiatan
layanan bimbingan untuk siwa agar dapat mengembangkan dirinya sehingga mantan
dan mandiri serta mampu mengoptimalkan potesni yang dimiliki untuk membantu
konselin atau siswa dalam memahami keadaan diriny baik fisik maupun rpsikis,
memahami akan makna diri sebagai mahkluk Tuhan serta pemahaman akan segala
keleihan dan potesni diri yang dimiliki demi tercapainya kualitas hidup yang
baik.
Tujuan Layanan
Bimbingan Pribadi
·
Mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan
YME
·
Memiliki pemahaman yang bersifat fluktuatif (antara
anugerah dan musibah) dan mampu merespon dengan positif
·
Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif
dan konstruktif
·
Memiliki sikap respek terhadap diri sendiri
·
Dapat mengelola stres
·
Mampu mengendalikan diri dari perbuatan yang diharamkan
agama
·
Memahami perasaan diri dan mampu mengeskprsesikan secara
wajar
·
Memiliki kemampuan memecahkan masalah
·
Memiliki rasa percaya diri
·
Memiliki mental yang sehat
·
Mengembangkan potensi diri melalui berbagai aktivitas
yang positif
·
Menghayati nilai-nilai agama sebagai pedoman dalam
berperilaku
·
Memiliki kmampuan mengontrol diri
Ruang lingkup
Layanan Bimbingan Pribadi
Dalam bidang layanan bimbingan pribadi, Prayitno merinci ruang lingkup
layaanan bimbingan pribadi menjadi pokok-pokok berikut :
1.
Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan
dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME
2.
Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan
pengembangan untuk kegiatan-kegiatan diri yang kreatif dan prouktif, baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun untuk peranannya di masa depam
3.
Pemantapan pemahaman tentanf bakat dan minat pribadi
serta penyakuran dan pengembanganny melalui kegiataan-kegiatan yang kreatif dan
produktif
4.
Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan
usaha-usahanya
5.
Pemantapan kemampuan mengambil keputusan
6.
Pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan
kepuutusan yang telah diambil
7.
Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup
sehat baik secara rohaniah maupun jasmaniah
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup layanan
bimbingan pribadi terdiri atas tujuh masalah yang menyangkut sikap, kekuatan
diri, bakat-minat, kelemahan diri, penerimaan diri, pengambilan keputusan, dan
perencanaan serta penyelenggaraan hidup sehat.
Meteri Layanan
Bimbingan Pribadi
1.
Materi layanan bimbingan pribadi dalam layanan orientasi,
meliputi orientasi tentang (a) fasilitas penunjang ibadah keagamaan yang ada di
sekolah (b) acara keagaamn yang menunjang pengembangan kegiataan peribadatan
(c) hak dan kewajiban siswa (termasuk pkaian seragam) (d) bentuk layanan
bimbingan dan konseling dalam membantu siswa mengenal kemampuan, bakat, minat
dan cita-citanya serta usaha mengatasi beragai permasalahan pribadi yang
ditemui (di rumah, sekolah dan di
masyarakat) (e) fasilitas pelayanan kesehatan
2.
Materi bimbingan pribadi dalam layanan informasi,
meliputi informasi tentang, (a) tugas-tugas perkembangan masa anak-anak
khususnya tentnag kemampuan dan perkembangan pribadi , (b) perlunya
pemgembangan kebiasaan dan sikap dalam keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yng Maha Esa (c) usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat, minat serta
bentuk-bentuk pembinaan, pengembangan dan penyaluran nya (d) perlunya hidup
sehat dan upaya melaksanaan nya (e) usaha yang dapat dilakukan melalui
bimbingan dan konseling dalam membantu siswa menghadapi masa peralihan dari
masa kanak-kanan ke masa remaja
3.
Materi bimbingan pribadi dalam layanan penempatan dan
penyaluran , meliputi tentang (a) posisi duduk dalam kelas yang sesuai dengan
kondisi fisik dan pribadi siswa (b) pilihan keterampilan dan kesenian sesuai
dengan kemampuan bakat, dan minat (c) kegiatan ekstrakulikuler yang dapat
diginakan sebagai penunjang pengembangan kebiaaan dan sikap keagamaan, bakat,
minat dan cita-cita (seperti kegiataan pramuka, UKS, kesenian, olahraga)
4.
Materi bimbingan pribadi dalam yananan pembelajarn,
meliputi tentang (a) kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa (b) pengenalan dan penerimaan perubahan, pertumbunhan,
perkembangnan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri (c) pengenalan
tentang kekuatan diri sendiri, bakat, minat serta penyaluran dan
pengembangannya (d) pengenalan tentang kelemahan diri sendiri dan upaya
penganggulangannya (e) kemampuan mengambil keputusan dan perencanaan diri senidri
(f) perencanaan dan penyelenggaraan hodup sehat
5.
Materi bimbingan pribadi dalam layanan konseling
perorangan meliputi tentang (a) kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yng Maha Esa (b) pengenalan dan penerimaan perubahan, pertumbunhan,
dan perkebamngan fisik dan psikis yang terjadi pada dir sendiri (c) pengenalan
tentang kekuataan diri sendiri, bakat dan minat serta penyaluran dan
pengembengannya (d) pengenalan tentang kelemahan diri sendiri dan upaya
penganggulangannya (e) kemampuan mengambil keputusan dan pengarahan diri
sendiri (f) perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat
6.
Materi bimbingan pribadi dalam layanan bimbingan kelompk,
meliputi (a) kebiasaan dan sikap dalam
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yng Maha Esa (b) pengenalan dan penerimaan
perubahan, pertumbunhan, dan perkebamngan fisik dan psikis yang terjadi pada
dir sendiri (c) pengenalan tentang kekuataan diri sendiri, bakat dan minat
serta penyaluran dan pengembengannya (d) pengenalan tentang kelemahan diri
sendiri dan upaya penganggulangannya (e) kemampuan mengambil keputusan dan
pengarahan diri sendiri (f) perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat
7.
Materi bimbingan pribadi dalam layann konseling kelompok,
meliputi tentang (a) kebiasaan dan sikap
dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yng Maha Esa (b) pengenalan dan
penerimaan perubahan, pertumbunhan, dan perkebamngan fisik dan psikis yang
terjadi pada dir sendiri (c) pengenalan tentang kekuataan diri sendiri, bakat
dan minat serta penyaluran dan pengembengannya (d) pengenalan tentang kelemahan
diri sendiri dan upaya penganggulangannya (e) kemampuan mengambil keputusan dan
pengarahan diri sendiri (f) perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa
materi layanan bimbingan pribadi di sekolah diterapkan dalam tujuh jenis
layanan dan empat kegiatan pendkung kegiatan bimbingan dan konseling.
B.
Pengertian
Konsep diri Negatif
Menurut William D.
Brooks mendefinisikan konsep driri sebagai persepsi yang bersifat fisik, sosial,
dan psikologis mengena diri kita yang didapat dari pengamalam dan interaksi
kita dengan orang lain.
Menurut Natawijaya
(1979;102) konsep diri adalah persepsi individu tentang dirinya, kemampuan dan
ketidakmampuan, tabiat-tabiatnya, harga dirinya dan hubunganya dengan orang
lain.
Menurut jalaludin
Rahmat (1996:125) konsp diri adalah pandangan perasaan kita, persepsi ini boleh
bersifat psikologis, soaial dan psikis. Konsep diri bukan hanya gambaran
deskriptif, tetapi juga penilalian kita.
Menurut Hurlock
(1994) konsep diri adalah kesan individu mengenai karakteristik fisik, sosial,
emosional, aspirasi, dan achivement.
Menurut Seifert dan
Hoffnug (1994) konsep diri merupakan suatu pemahaman terhadap diri atau ide
tentang konsep diri.
Menurut Cawagas ( 1983)
konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya,
karakteristik pribadinya, motivasinya, atau kecakapan dan sebagainya.
Konsep diri negatif
adalah individu menilai dan memahami bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak
dapat berbuat apa-apa, tidak menarik, tidak kompeten, tidak di sukai dan
kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif ini,
cenderung bersikap pesimistik terhadap kehiduoan dan kesempatan.
Berdasarkan
beberapa devinisi di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah gagasan
tentang konsep diri yang mencakup keyakinan, pandangan dan penilaiaan seseorang
terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas bagaimana kita merasa
tentang konsep diri, dan bagaiman kemampuan berpikir seseorang . setelah
terinstall, konsep diri akan masuk ke pikiran bawah sadar dan akan berpengaruh
terhadap tingkat kesadaran seseorang pada suatu waktu. Semakin baik atau
positif konsep diri seseorang maka akan semakin mudah ia mencapai keberhasilan,
sebab dengan konsep diri yang positif, seseorang akan bersikp optimi, berani
mencoba hal-hal baru,berani sukses dan berani gagal pula, penuh percaya diri,
antusia, merasa dirinya berharga, berani menetapkan tujuan hidupnya, serta
bersikap dan berpikir secara positif. Sealiknya, semakin jelek / negatif akan
mengakibatkan tumbuh rasa tidak percaya diri, takut gagal sehingga tidak berani
mencoba hal-hal baru dan menantang, merasa dirinya bodoh, rendah diri, merasa
tidak berguna, pesimis, serta berbagi perasaan dan perilaku interior lainnya.
Sedangkan konsep
diri negatif adalah seorang yang memahami bahwa dirinya lemah, tidak berdaya,
tidak dapat berbuat apa-apa, dan ia memliki sikap yang pesimis atas apa yang ia
lakukan.
Dimensi
Konsep Diri
Para ahli psikologi
juga berbeda pendapat dalam menetapkan dimensi-dimensi konsep diri. Namun,
secara umum sejumlah ahli menyebutkan 3 dimensi konsep diri, meskipun dengan
menggunakan istilah yang berbeda-beda. Calhoun dan Accocela (1990) misalnya,
menyebutkan dimensi pengharapan, dan dimensi penilaian. Paul J. Cenci (1993)
menyebutkan ketiga dimensi konsep diri dengan istilah : dmensi gambaran diri (self image), dimensi penilaian diri (self-evaluation ) dan dimensi cita-cita
diri ( self idea). Sebagian ahli lain
menyebutkan dengan istilah, citra diri, harg diri dan diri ideal. Secara umum
dimensi konsep diri yaitu ;
1.
Pengetahuan
Dimensi pertama
dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui tentang konsep diri atau
penjelasan dari ‘siapa saya’ yang akan memberi gambaran tentang diri saya.
Gambaran diri tersebut pada gilirannya akan membentuk citra diri. Gambaran diri
terseut merupakan kesimpulan dari pandangan kita dalam berbagai peran yang kita
pegang, seperti sebagai orang tua, suami atau istri, karyawan, pelajar, dan
seterusnya. Pandangan kita terhadap watak kepribadian yang kita rasakan ada
pada diri kita, seperti jujur, setia, gembira, bersahabat, aktif dan
seterusnya. Pandangan kita terhadap sikap yang ada pada diri kita, kemampuan
yang kita miliki, kecakapan yang kita kuasai, dan berbagai karakteristik lainya
yang kita lihat melekat pada diri kita. Singkatnya, dimensi pengetahuan
(kognitif) dari konsep diri sebagai pribadi seperti ‘ saya pintar’ ,’saya cantik’
, ‘saya anak baik’ dan
seterusnya.persepsi kita tentang diri kita seringkali tidak sama dengan
kenyataan adanya diri yang sebenarnya. Penglihatan tentang diri kita hanyalah
sebuah rumusan, definisi atau versi subjektif pribadi kita sendiri. Penglihatan
itu dapat sesuai atau tidak sesuai dengan kenyataan diri kita yang
sesungguhnya. Gambaran kita tentang diri kita juga bersifat permane, terutaama
gambaran yang menyangut kualitas diri kita di bandingkan dengan kualitas diri
anggota kelompok kita.
2.
Harapan
Dimensi kedua
adalah dimensi harapan mau diri yang di cita-citakan dimasa depan. Ketika kita
mempunyai sejumlah pandangan tentang siapa kita sebenarnya, pada saat yang sama
kita juga mempunyai sejumlah pandangan lain tentang kemungkinan menjadi apa
diri kita di masa mendatang. Singkatnya, kita juga mempunya penghargaan bagi
diri kita sendiri. Pengharapan ii merupakan diri-idela (self idea) atau diri yang cita-cita kan. Cita-cita diri ( self-idea ) terdiri atas dambaan-dambaan
, aspirasi harapan, keinginan bagi diri kita, atau menjadi manusia seperti apa
yang kita inginkan. Tetapi perlu diingat bahwa cita-cita diri belum tentu
sesuai dengan knyataan yang sebenarnya. Meskioun demikian, cita-cita diri anda
akan menentukan konsep diri anda da menjadi faktor paling pendting dalam
menenukan perilakuanda. Harapan atau cita-cita diri anda akan membangkitkan
kekuatan yang mendoronga anda meniju masa depan dan akan memandu aktifitas anda
dalam perjalanan hifup anda. Oleh sebab itu, dalam menentukan standar diri
ideal haruslah lebih realistis, sesuai dengan potensi diri yang dimiliki, tidak
terlalu tinggi, da tidak terlalu rendah.
3.
Penilaian
Dimensi ketiga dari
konsep diri adalah penilaian kita tehadap diri kita sendiri. Penilaian konsep
diri merupakan pandangan kit tentang harga kewajaran kita sebagai pribadi.
Menurut Ccalhaun dan Accocela (1990), setiap hari kita berperan sebagai penilai
tentang diri kita sendiri, menilai apakah kita bertentangan : 1) penghargaan
bagi diri kita senidir (saya dapat menjadi apa ?), 2) standar apa yang kita
tetapkan bagi diri kita sendiri (saya seharusnya menjadi apa ). Hasil dari
penilaian tersebut membentuk apa yang disebut dengan rasa harga diri, yaitu seberap
besar kita menyukai konsep dri. Orang yang hidup dalam stansar harapan-harapan
untuk dirinya sendiri.
Jenis-jenis
konsep diri
1.
The Basic
Self-concept
Yaitu konsep
seseorang tentang dirinya sebagaimana adanya. Jenisni meliputi : persepsi
seseorang tentang penampilan dirinya, kemampuan dan ketidakmampuan, peranan dan
status dala kehidupan, dan nilai-nilai
2.
The Transitory
Artinya bahwa
seseorang memiliki self concept yang pada suatu saat dia, memegangnya, tetapi
pada saat lain dia melepaskannya. Ini mungkin menyenangkan tapi juga tidak
menyengkan kondisinya sangat situasional, sangat dipengaruhi oleh suasana
perasaan emosi atau pengalaman.
3.
The sosial
self-concept
Jenis ini
berkembang berdasarkan cara individu memeprcayai orang lain yang mempersepsi
dirinya, baik melalui perkataan maupun tindakan . jenis ini sering jifa
dikatakan sebagai contoh.
4.
The ideal
self-concept
Konsep diri ideal
merupakan perseps seseorang tentang apa yang diinginkan mengenai dirinya, atau
keyakinan entang apa yang sehrausnya mengenai dirinya. Konsep diri ideal ini
terkait dengan citra fisik maupun psikis. Pada masa anak terdapat diskrepansi
yang cukup renggang antara konsep diri yang lainya.
Bentuk-bentuk
konsep diri pada anak
William D. Brooks (dalam Anwar Sutoyo,2009) membagi
konsep diri menjadi dua yaitu :
·
Konsep diri
positif, ciri-ciri nya adalah dapat menerimadirinay apa adanya dengan segala
kekuataan dan kelemahannya, ia tidak merasa terancam atau cemas menerima
informasi baru tentang dirinya, ia mampu bertindak berdasarkan penilaian tanpa
merasa bersalah, ia tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk meluruskan
kejadian masa lalu atau masa yang akan datang, ia mempunyai kemampuan untuk
menyelesaiakn persoalaan, ia merasa aman dengan orang lain, ia sanggup menerima
pujian tanpa kepura-puraan.
·
Konsep diri
negative, ciri-ciri nya adalah ia peka terhadap kritik, tidak tahan terhadap
kritik yang diterima dan mufah ,arah, respon sekali terhadap pujian, tidak
dapay menyembunyikan situasi pada saat menerima pujian, mengeluh, mencela atau
merendahkan orang lain.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi konsep diri
1. Keadaan fisik
Keadaan
fisik seseorang dapat mempengaruhi individu dalam menumbuhkan konsep dirinya.
Individu yang memiliki cacat tubuh cenderung memiliki kelemahan-kelemahan
tertentu dalam memandang keadaan dirinya, seperti munculnya perasaan malu,
minder, tidak berharga dan perasaan ganjil karena melihat dirinya berbeda dengan
orang lain.
2. Usia
Konsep
diri berbentuk sering dengan bertambahnya usa, dimana perbedaan ini lebih
banyak berhubungan dengan tugas-tugas perkembanga. Pada masa kekanak-kanakan,
konsep diri seoang menyangkut hal-hal disekitar diri dan keluarganya. Pada masa
remaja, konsep diri sangat dipengaruhi oleh teman sebaya dan orang yang
dipujanya. Sedangkan remaja yang kematangan nya terlambat, yang diperlukan
seperti anak-anak, merasa idak di pahami sehingga cenderung berperilaku kurang
dapay menyesuaikan diri. Sedangkan masa dewasa konsep dirinya sangat
dipengaruhi oleh status sosial dan pekerjaan, dan pada usia tua konsep diri nya
lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan fisik, perubahan mental maupun sosial.
3. Inteligensi
Mempengaruhi penyesuaian diri seorang terhadap
lingkungan nya, orang lain dan dirinya sendiri. Semakin tinggi taraf
intlelegensinya, semakin baik penyesuaian dirinya dan lebih mampu bereaksi
terhadap rangsangan lingkungan dan orang lain dengan cara yang dapat diterima.
Hal ini jelas jelas akan meningktkan konsep dirinya
4. Pendidikan
Seseorang yang mempunyai tingat pendidikan yang tinggi
akan meningktkan prestasinya. Jika prestasinya meningkat, maka konsep dirinya
akan berubah
5. Status sosial ekonomi
Status
sosial ekonomi seseorang mempengaruhi bagaiman penerimaan orang lain terhadap
dirinya. Penerimaan lingkungan terhadap seseorang cenderung didasarkan pada
status sosial ekonominya. Maka dapat dikatakan individu yang status sosial
ekonominya. Maka dapat dikatakan individu yang status ekonominya lebih positf
dibanding individu yang status sosianya rendah.
6. Konsep rujukan
Yaitukelompok
yang secara emosional mengikat individu, dan berpengaruh terhadap perkembangan
konsep dirinya.
7. Kondisi keluarga
Keluarga
merupakan tempat pertama dan utama dalam membentuk konsep diri anak.
Perlakuanperlakuan yang diberikan orang tua terhadap anak akan membekas hingga
anak menjelang dewasa dan membawa pengaruh terhadap konsep diri anak baik
konsep diri ke arah positif atau ke arah negatif. Cooper Smith dalam Clara R
Pudjijogyanti (1995: 30-31) menjelaskan bahwa kondisi keluarga yang buruk dapat
menyebabkan konsep diri yang rendah. Yang dimaksud dengan kondisi keluarga yang
buruk adalah tidak adanya pengertian antara orang tua dan anak, tidak adanya
keserasian hubungan antara ayah dan ibu, orang tua yang menikah lagi, serta
kurangnya sikap menerima dari orang tua terhadap keberadaan anak-anak.
Sedangkan kondisi keluarga yang baik dapat ditandai dengan adanya intregitas
dan tenggang rasa yang tinggi serta sikap positif dari anggota keluarga. Adanya
kondisi semacam itu menyebabkan anak memandang orang tua sebagai figur yang
berhasil dan menganggap orang tua dapat dipercaya sebagai tokoh yang dapat
mendukung dirinya dalam memecahkan seluruh persoalan hidupnya. Jadi kondisi
keluarga yang sehat dapat membuat anak menjadi lebih tegas, efektif, serta
percaya diri dalam mengatasi masalah kehidupan dirinya sebagai pembentuk
kepribadiannya.
8. Reaksi orang lain terhadap individu
Dalam
kehidupan sehari-hari, orang akan memandang individu sesuai dengan pola
perilaku yang ditunjukkan individu itu sendiri. Harry Stack Sullivan (Jalaludin
Rakhmat, 1996: 101) menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati
dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati
dan menerima diri kita. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan diri
kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita cenderung akan membenci diri
kita.
9. Tuntutan orang tua terhadap anak
Pada
umumnya orang tua selalu menuntut anak untuk menjadi individu yang sangat
diharapkan oleh mereka. Tuntutan yang dirasakan anak akan dianggap sebagai
tekanan dan hambatan jika tuntutan tersebut ternyata tidak dapat dipenuhi oleh
anak. Selain itu sikap orang tua yang berlebihan dalam melindungi anak akan menyebabkan
anak tidak dapat berkembang dan mengakibatkan anak menjadi kurang tingkat
percaya dirinya dan memiliki konsep diri yang rendah.
10. Jenis kelamin, ras dan status sosial ekonomi
Konsep
diri dapat dipengaruhi oleh ketiga hal tersebut. Clara R Pudjijogyanti (1995:
29) memberikan pendapatnya melalui penelitian-penelitian para ahli bahwa
berbagai hasil penelitian yang dilakukan tersebut membuktikan bahwa kelompok
ras minoritas dan kelompok sosial ekonomi rendah cenderung mempunyai konsep
diri yang rendah dibandingkan dengan kelompok ras mayoritas dan kelompok sosial
ekonomi tinggi, selain itu untuk jenis kelamin terdapat perbedaan konsep diri
antara perempuan dan laki-laki. Perempuan mempunyai sumber konsep diri yang
bersumber dari keadaan fisik dan popularitas dirinya, sedangkan konsep diri
laki-laki bersumber dari agresifitas dan kekuatan dirinya. Dengan kata lain,
wanita akan bersandar pada citra kewanitaannya dan laki-laki akan bersandar
pada citra kelaki-lakiannya dalam membentuk konsep dirinya masing-masing.
11. Keberhasilan dan kegagalan
Konsep
diri dapat juga dipengaruhi oleh keberhasilan atau kegagalan yang telah
dialaminya. Keberhasilan dan kegagalan mempengaruhi penyesuaian pribadi dan
sosialnya dan ini berarti mempunyai pengaruh yang nyata terhadap konsep
dirinya. Keberhasilan akan mewujudkan suatu perasaan bangga dan puas akan hasil
yang telah dicapai dan sebaliknya rasa frustasi bila menjadi gagal.
12. Orang-orang yang dekat dengan kita
Tidak
semua individu mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita. Ada yang paling
berpengaruh, yaitu orang-orang yang paling dekat dengan kita, yaitu yang
disebut significant others, yaitu orang lain yang sangat penting. Mereka adalah
orang tua, saudara dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita. Dari mereka
secara perlahan-lahan kita membentuk konsep diri kita. Senyuman, pujian,
penghargaan, pelukan mereka menyebabkan kita menilai diri secara positif.
Tetapi ejekan, cemoohan, hardikan membuat kita menilai memandang diri secara
negatif.
Rentang respon
konsep diri
1. Aktualisasi diri :
penyataan diri tentang konsep diri yang pasif dengan latar belakang pengalaman
nyata yang sukses dan dapat diterima
2. Konsep diri positf :
apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam berakyualisasi diri
dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif
3. Harga diri rendah :
individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih rendah diri
orang lain
4. Identitas kacau :
kegagalan individu mengintegrasi aspek-aspek identitas masa kanak-kanak ke
dalam kematangan aspek psiokososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis
5. Depersonalisasi :
perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiriyang berhubungn
dengan kecemasa, kepanikan serta idak dapat membedakan dirinya dengan orang
lain.
Langlah- langkah mempertahankan konsep diri
1.
Bersikap onjektif
dalam mengenali diri sendiri
Jangan abaikan pengalaman positif ataupun keberhasilan
sekecil apapun yang pernah dicapai. Lihatlah talenta bakat dan kesempatan untuk
mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap bahwa anakda dapat membahagiakan
semua orang atau melakukan segala sesuatu sekaligus
2.
Hargailah diri
sedniri
Jikalau kita tidak mengahrgai diri sedniri, tidak ada
pada diri sendiri, tidak mampu memandang hal bail dan positif terhadap diri,
bagaiman kita bisa menghargai orang lain dan melihat hal baik yang ada dalam
diri orang lain secara positif. Jika kita tidak bisa menghargai orang lain,
bagaiman orang lain isa menhargai kita ?
3.
Jangan memusuhi
diri sendiri
Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah
peperangan yang terjadi dalam diri sendiri secara berlebihan merupakan pertanda
bahwa ada permusuhan dan peperangan anatara harapan ideal dengan kenyataan diri
sejati. Akibatnya, akan timbul keleahan mental dan rasa frustasi yang dalam
serta makin lemah dan negatif konsep dirinya.
4.
Berpikir positif
dan rasional
Jadi semua itu bnyak tergantung pada cara kita
memandang segala sesuatu baik itu persoalan, maupun terhadap seseorng. Jadi,
kendalikan pikiran kita jika itu mulai menyesatkan jiwa dan raga.
Komponen atau
bagian dari konsep diri
1.
Identitas diri
Peran berbeda, pengenalan diri yang ada
tentang internal individual
2.
Citra diri
Pandangan atau persepsi tentng diri
kita sendiri, bukan penilaian orang ain terhadap dirinya
3.
Harga diri
Berupa penilaian atau evaluasi dirinya
terhadap hasil yang didapat baik internal maupun eksternal yang merupakan
proses pencapaian ideal diri
4.
Ideal diri
Suatu yang kita harapkan atau harapan individu terhadap
dirinya yang akan dinilai oleh personal lain
5.
Peran
Merupakan pola sikap, perilaku, posisi
dimasyarakat atau fungasi dirinya bak di linkungan masayrakat, keluarga atau
komunikasi.
Hambatan dalam
membangun konsep diri
Potensi yang dimiliki seseorang bisa
berkembang atau tidak, itu tergantung pada pribadi yang bersangkutan dan
lingkungan dia berada. Beberapa hambatan yang sering yerjadi dalam pengembangan
potensi diri adalah sebagi berikut ;
1.
Hambatan yang berasal dari lingkungan\
Lingkungan merupakan salah satu faktor penghambat dalam
pengembangan potensi diri. Hambatan ini antara lain disebabkan sistem
pendidikan yang dianut, lingkungan kerja yang tidak mendukung semangat
pengembangan potensi diri, dan tanggapan atau kebiasaan dalam lingkungan
kebudayaan
2.
Hambatan yang berasal dari individu sendiri
Penghambat yang cukup besar adalah pada diri sendiri,
misalnya sikap berrasangaka, tidak memiliki tujuan yang jelas, keengganan
mengenal diri sendiri. Ketidak mampuan mengatur diri, pribadi yang kerdil,
kemampuan yang tidak memadai untuk memecahkan masalah, kreativitas rendah,
wibawa rendah, kemampuan pemahaman manajerial lemah, kemampuan latih rendah dan
kemampuan membina tim yang rendah.
C.
Hipotesa Penelitian
Secara
statistik hipotesis penelitian ini adalah dirumuskan sebagai berikut:
H0 :
µ1 = µ0
H1 :
µ1 ≠ µ0
Dimana:
Ho =Tidak ada
pengaruh pemberian bimbingan pribadi terhadap konsep diri negatif siswa SMPN 3 Probolinggo
H1 =Ada
pengaruh pemebrian bimbingan pribadi
terhadap konsep diri negatif siswa SMPN
3 Probolinggo
µ1 =
konsep diri negatif siswa sebelum adanya pemberian bimbingan
pribadi
µ0 =
konsep diri negatif siswa sesudah adanya pemberian bimbingan pribadi
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan penelitian
Penelitian
ini dilakukan di SMPN 3 Probolinggo.
Penelitian ini ditujukan pada siswa kelas II SMPN 3 Probolinggo. Penelitian menggunakan penelitian Kuantitatif.
Dalam Wikipedia
Indonesia dijelaskan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis
terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan
penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model
matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam.
Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif
karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris
dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.
Penelitian kuantitatif banyak dipergunakan baik dalam
ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial, dari fisika dan biologi hingga
sosiologi danjurnalisme. Pendekatan ini juga digunakan sebagai cara untuk
meneliti berbagai aspek dari pendidikan. Istilah penelitian kuantitatif sering
dipergunakan dalam ilmu-ilmu sosial untuk membedakannya dengan penelitian
kualitatif.
Penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data
kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari
sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan
tentang survei untuk menentukan frekuensi dan persentase tanggapan mereka.
Sebagai contoh: 240 orang, 79% dari populasi sampel, mengatakan bahwa mereka lebih
percaya pada diri mereka pribadi masa depan mereka dari setahun yang lalu
hingga hari ini. Menurut ketentuan ukuran sampel statistik yang berlaku, maka
79% dari penemuan dapat diproyeksikan ke seluruh populasi dari sampel yang
telah dipilih. pengambilan data ini adalah disebut sebagai survei kuantitatif
atau penelitian kuantitatif.
Ukuran sampel untuk survei oleh statistik dihitung dengan
menggunakan rumusan untuk menentukan seberapa besar ukuran sampel yang
diperlukan dari suatu populasi untuk mencapai hasil dengan tingkat akurasi yang
dapat diterima. pada umumnya, para peneliti mencari ukuran sampel yang akan
menghasilkan temuan dengan minimal 95% tingkat keyakinan (yang berarti bahwa
jika Anda survei diulang 100 kali, 95 kali dari seratus, Anda akan mendapatkan
respon yang sama) dan plus / minus 5 persentase poin margin dari kesalahan.
Banyak survei sampel dirancang untuk menghasilkan margin yang lebih kecil dari
kesalahan.
Beberapa survei dengan melalui pertanyaan tertulis dan tes,
kriteria yang sesuai untuk memilih metode dan teknologi untuk mengumpulkan
informasi dari berbagai macam responden survei, survei dan administrasi
statistik analisis dan pelaporan semua layanan yang diberikan oleh pengantar
komunikasi. Namun, oleh karena sifat teknisnya metode pilihan pada survei atau
penelitian oleh karena sifat teknis, maka topik yang lain tidak tercakup dalam
cakupan ini.
B.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eskperimen yang
bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian bimbingan pribadi terhadap konsep diri negatif siswa SMPN 3
Probolinggo. Dengan membagikan angket kepada para siswa di SMPN 3 Probolinggo.
C.
Subjek Penelitian
Subjek
penelitian ini adalaah siswa SMPN 3 Probolinggo yang merupakan salah satu
sekolah yang cukup unggul di kawasan Probolinggo.Jumlah populasi secara
keseluruhan 1.181 yang terdiri dari kelas 1 =402 orang dengan jumlah siswa =
158 dan siswi =244. Kelas 2 sebanyak 400 orang dengan jumlah siswa = 152 dan
siswi 248. Kelas 3 sebanyak 379 orang dengan jumalh siswa 165 dan siswi=214.
Sampel
penelitian adalah suatu bagian dari populasi yang akan di teliti dan yang di
anggap dapat menggambarkan populasi. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah
siswa kelas 1. Cara mengmbil sampling dalam penelitian ini yaitu dengan mengambil
sebesar 20% dari jumlah populasi yang ada.
D.
Instrumen
penelitian
Instrumen penelitian
adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial
yang diamati (Sugiyono, 2005:119).Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
angket atau kuesioner.
Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini berbentuk angket, dengan jumlah variabel
sebanyak satu variabel yaitu Pengaruh pemberian bimbingan pribadi terhadap
konsep diri negatif siswa SMPN 3 Probolinggo, dengan menggunakan skala Likert dalam pengukuran
jawaban dari pada responden.
Skala Likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan yang
perlu dijawab oleh responden (Sugiyono, 2007:93). Jawaban
setiap item diberi skor, sebagai berikut:
Skor Tiap Indikator Menurut Likert
Skor
|
Kategori
|
4
|
Sangat Setuju
|
3
|
Setuju
|
2
|
Tidak Setuju
|
1
|
Sangat Tidak Setuju
|
E. Analisa Data
Analisa
data adalah cara yang digunakan oleh penulis untuk menganalisa atau membuktikan
apakah hasil penelitian itu bener-bener sesuai dengan teori yang ada atau
tidak, denan tujuan untuk membatasi penemuan-penemuan sehingga menjadi suatu
data yang teratur serta tersusun dan lebih baik. Sehubungan dengan hal tersebut
pengolahan dan analis data dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik,
yaitu teknik analisis eksperimen.
Daftar pustaka
yusuf, syamsu & nurihsan, achmad
juntika (2010). Landasam bimbingan &konseling . Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
http://miklotof.wordpress.com/2010/08/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pembentukan-konsep-diri/
Dimensiilmu.blogspot.in/2013/20/penegrtian-pola
asuh.html?m=1